“Setelah umurmu cukup 24 tahun, jika kamu masih hidup, pandanglah langit terbuka, jika kamu di barat, renunglah ke timur, jika kamu jauh di selatan, tajamkan matamu ke utara … jika kamu jatuh di timur, pandang sedikit ke barat. Apabila ada kesedaran dalam hatimu, bangkitlah. Jadilah laki-laki yang tahu bagaiman akan mengutip kembali darah ayahmu yang tumpah, bagaimana akan menyatukan kembali tulang-temulang dan daging jasad ayahmu yang hancur luluh.”
Sepanjang hampir 12 tahun, tidak ada yang paling dirinduinya melainkan ibunya. Perlahan-lahan dia dapat melupakan desa tanah tumpah darahnya. Desa Pyajun bukanlah desa yang serba sempurna untuk dikenang-kenang. Namun, ada sesuatu yang membuatkan dia perlu kembali menjejaki tanah kelahirannya – untuk bertemu dengan ibunya dan merungkai persoalan yang menggulati perjalanan hidupnya. Langkah demi langkah, kepulangannya disambut dengan kata kunci penuh rahsia.
Guran nekad!